Vihara Buddha Bhumika
Klikwarta.com, Malang - Sepintas dusun ini tampak biasa-biasa saja, tapi ada sesuatu yang mencolok ketika ada sebagian umat melakukan aktifitas keagamaan, entah itu Islam, Kristen, Buddha, Hindu maupun Kepercayaan. Aktifitas keagamaan terasa "komplit" di tempat ini, dan mereka "enjoy" melakukannya sesuai keyakinan masing-masing.
Dusun Barakan, Desa Pait, Kasembon, Malang, benar-benar "visualisasi" Pancasila. Bagaimana tidak? kerukunan antar umat beragama "terealisasi" tidak hanya tertulis atau lisan, tapi benar-benar terbukti adanya.
Suwondo, pecinta budaya asal Ngantang, menelusuri Vihara Buddha Bhumika yang terletak di dusun tersebut. Bagus Subandrio, Pandhita Muda Vihara Buddha Bhumika menceritakan seputar aktifitas umat Buddha dengan umat lain di rumahnya, Kamis (6/4/2023).
Dijelaskan Subandrio, Vihara Buddha Bhumika berdiri sejak tahun 1985, yang didirikan oleh Banthe Viriyadaro Mahathera dari Banyuwangi. Bangunan ini berlokasi di atas jalan pedesaan, yaitu di perbukitan kecil setinggi sekitar 16 meter, untuk memasukinya, umat berjalan melewati tangga permanen.
Dulunya, mereka melakukan aktifitas keagamaan di bangunan (Buddha Jawa) yang berlokasi sejajar dengan jalan pedesaan, atau hanya beberapa meter dari Vihara tersebut.
"Kalau pembinaan umat di sini, pembinanya dari Kota Batu. Umat kita dibina secara rutin. Tempat pembinaan ya di Vihara ini," kata Subandrio.
Lebih lanjut, tercatat 80an KK (kepala keluarga) sebagai umat Buddha di Dusun Barakan. Mereka melakukan ibadah rutin setiap selasa malam rabu dan minggu di Vihara tersebut. Sedangkan sebagai pemimpin ibadah, ditunjuk secara bergilir.
"Umat beribadah seminggu dua kali, selasa malam rabu dan minggu. Di hari minggu ini, ada sekolah minggu untuk anak-anak. Kalau yang memimpin ibadah, itu bergiliran," jelasnya.
Subandrio mengaku enjoy berbaur dengan umat lain, dan semua aktifitas umat Buddha berjalan sebagaimana mestinya. Beberapa tradisi turun temurun juga mewarnai aktifitas sosial masyarakat di tempat ini.
Selain itu, ada sesuatu yang agak berbau supranatural di tempat ini, sebagaimana dituturkan Ira, salah satu umat disekitarnya. Ada batu berukuran besar di sekitar tempat ibadah, dan hingga saat ini masih eksis.
Batu ini dibiarkan menetap di antara bangunan permanen, dan konon dulunya pernah ada upaya dipindahkan, namun ujungnya pemindahan ini urung dilakukan. Akhirnya, batu tersebut berkolaborasi dengan bangunan-bangunan itu.
Yang menarik, apabila tempat ibadah (pintu masuk) ini disinkronkan dengan kompas, arahnya menunjuk tepat ke Trowulan-Mojokerto. Tetapi, Vihara ini tidak terkorelasi dengan sesuatu yang ada di Trowulan sana.
"Entah kebetulan atau tidak, kalau kita kompas dari pintu masuk Vihara, arah utaranya persis ke Trowulan. Tapi, disini tidak ada hubungannya dengan yang di Trowulan," kata Ira.
Energi positif juga terasa di sekitar lokasi tempat ibadah, bahkan ada perbedaan ketika kita mulai naik ke atas melewati tangga menuju Vihara. (red)