1.238 Creative Minority UKSW Mengukir Jejak di Wisuda Periode IV 2025, Berani Hadirkan Perubahan dan Berdampak

Rabu, 22/10/2025 - 17:13
Tiga mahasiswa berprestasi dalam Wisuda Periode IV Tahun 2025 yaitu Jessica Amanda Lunel, Alyssa Berlian Putri, dan Andy Felix Sugiono.

Tiga mahasiswa berprestasi dalam Wisuda Periode IV Tahun 2025 yaitu Jessica Amanda Lunel, Alyssa Berlian Putri, dan Andy Felix Sugiono.

Klikwarta.com, Salatiga - Menjadi Creative Minority berarti berani menempuh jalan sunyi, jalan yang tak selalu ramai, tetapi justru penuh makna. Semangat inilah yang dihidupi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dalam setiap denyut langkah pendidikannya. Pada Wisuda Periode IV Tahun 2025, Kamis (23/10/2025) sebanyak 1.238 wisudawan dikukuhkan sebagai bagian dari keluarga besar alumni UKSW, pribadi-pribadi yang telah ditempa tidak hanya dengan pengetahuan, tetapi juga dengan nilai, karakter, dan kesadaran akan tanggung jawab moral di tengah dunia yang terus berubah.

Rektor UKSW Profesor Intiyas Utami, menegaskan bahwa menjadi Creative Minority bukanlah perkara jumlah, melainkan keberanian untuk memberi dampak, menjadi terang di tengah kegelapan, serta menghadirkan perubahan yang berakar pada iman, integritas, dan kepedulian terhadap sesama.

Di antara ribuan lulusan yang diwisuda, terdapat tiga sosok mahasiswa berprestasi yang menjadi wujud nyata dari semangat tersebut yaitu Jessica Amanda Lunel, Alyssa Berlian Putri, dan Andy Felix Sugiono. Mereka adalah tiga pribadi dengan latar dan medan perjuangan berbeda, namun disatukan oleh satu nilai yaitu ketekunan untuk memberi arti.

Nada, Disiplin, dan Jiwa yang Ditempa oleh Musik

Lahir di Bandung, Jessica Amanda Lunel, akrab disapa Chika adalah lulusan Program Studi (Prodi) Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UKSW, alumni SMA Sumara 40 Bandung. Ia menorehkan deretan prestasi yang nyaris tak terhitung, mulai dari perolehan Gold Medal dan Champion kategori Pop Music di 9th Satya Dharma Gita Choral Festival 2023, hingga Gold Diamond Medal di ajang internasional Busan Choral Festival & Competition 2023, Korea Selatan.

Tak berhenti di situ, Chika bersama Voice of SWCU juga menorehkan kemenangan gemilang dalam berbagai ajang seperti The 6th Tokyo International Choir Competition 2024 dengan Gold Prize di dua kategori dan Festival Paduan Suara Universitas Surabaya (FESPA UBAYA) 2025 sebagai Grand Champion. Di balik segudang pencapaian itu, Chika juga mencatatkan diri sebagai peraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi di Program Studi Seni Musik dengan IPK 3,83.

“UKSW menanamkan nilai profesionalitas dan tanggung jawab dalam setiap langkah saya sebagai musisi. Dari berbagai kegiatan akademik hingga kompetisi lintas negara, saya belajar untuk disiplin, berkomitmen, dan terus bertumbuh,” ungkap Chika.

Sebagai vokalis, konduktor, pelatih, pencipta lirik, sekaligus arranger, Chika mengakui bahwa keseimbangan antara akademik dan produktivitas berkarya terwujud melalui manajemen waktu yang matang. “Menjadi musisi bukan hanya tentang suara, tetapi tentang tanggung jawab dan kontribusi,” tambahnya. Kini, ia tengah mempersiapkan langkah menuju studi magister Conducting di Eropa, dengan cita-cita mengembangkan kurikulum musik yang efektif, menyenangkan, dan bermakna bagi masyarakat luas.

Dari Arena Debat ke Panggung Dunia

Dari Salatiga, Alyssa Berlian Putri, mahasiswa Prodi Psikologi, alumni SMAN 2 Salatiga, telah membuktikan bahwa keberanian berpikir kritis dapat membuka jalan menuju panggung dunia. Dari ruang-ruang debat di kampus hingga mimbar internasional, Alyssa membangun reputasinya sebagai debaters dan adjudicator berprestasi nasional maupun internasional.

Ia menorehkan prestasi di berbagai ajang bergengsi, antara lain National University Debating Championship (NUDC) Nasional 2023 sebagai peringkat 4, I&T Open Debate Competition 2023 (Best Adjudicator), hingga menjadi Awardee Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) 2024 di Pennsylvania State University, USA.

“Berada di negara asing tanpa keluarga membuat saya belajar menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri. Saya ingin mewakili Indonesia sebaik mungkin, karena di balik perjuangan saya ada banyak tangan yang mendukung,” ujarnya penuh rasa syukur.

Bagi Alyssa, UKSW bukan sekadar kampus, tetapi ruang perjumpaan yang mengajarkan nilai keberagaman. “UKSW mempertemukan saya dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Dari mereka, saya belajar menghargai diri sendiri dan memahami dunia dengan lebih luas,” tuturnya. Setelah wisuda, ia berencana mengembangkan karier di bidang psikologi sambil terus menebarkan semangat berpikir kritis dan beretika bagi generasi muda.

Keteguhan, Cedera, dan Cita-cita Keadilan

Dari medan berbeda, Andy Felix Sugiono, akrab disapa Endy, mewakili wajah lain Creative Minority dengan perjuangan yang ditempa lewat disiplin dan keberanian. Lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, lulusan SMK Marsudirini Santo Fransiskus Semarang ini adalah mahasiswa Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum UKSW, sekaligus atlet Taekwondo berprestasi.

Ia meraih Medali Emas pada Indonesia Expo Battle Seri 2 Tahun 2021 dan Perunggu di UPGRIS Championship III Jawa Tengah. Cedera pergelangan kaki sempat menghentikan langkahnya, namun semangatnya tak padam.

“Cedera adalah risiko. Tapi karena dukungan teman dan pelatih, saya belajar bahwa batas hanya ada ketika kita berhenti berusaha,” ungkapnya.

Sebagai mahasiswa yang juga aktif di Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) Fakultas Hukum, Endy menegaskan pentingnya menyeimbangkan prioritas akademik, olahraga, dan organisasi. “Pada akhirnya, saya harus lulus sebagai Sarjana Hukum, bukan hanya atlet atau aktivis. Semua harus berjalan beriringan,” tegasnya. Pasca-wisuda, Endy bercita-cita menjadi Jaksa atau Hakim, sembari terus mengasah kemampuannya di bidang bela diri sebagai bentuk kedisiplinan diri.

Ketiga sosok ini adalah cerminan lulusan UKSW sebagai Creative Minority, pribadi-pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh dalam karakter dan luas dalam kasih. Mereka menjadi bukti bahwa pendidikan bukan sekadar tentang angka dan gelar, tetapi tentang bagaimana seseorang memberi makna pada dunia di sekitarnya. (*)

Berita Terkait