Yayasan FBM Serukan Dukung Petisi Kembalikan ke Indonesia 4 Tombak Pataka Majapahit yang Dimuseumkan di Amerika

Sabtu, 24/10/2020 - 21:38
4 Pataka Kerajaan Majapahit yang tersimpan di The Metropolitan Museum of Art New York Amerika Serikat. (Foto : Istimewa)

4 Pataka Kerajaan Majapahit yang tersimpan di The Metropolitan Museum of Art New York Amerika Serikat. (Foto : Istimewa)

Klikwarta.com, Solo - Kejayaan Nusantara pada masa lampau  banyak meninggalkan sejarah dan peradaban. Bukan hanya adat istiadat maupun tradisi masyarakat yang ada hingga kini, sejumlah peninggalan berbentuk fisik di antaranya prasasti, tulisan naskah kuno, bangunan candi, arca, artefak hingga pusaka seperti halnya tombak pataka juga menjadi bukti maha karya budaya leluhur bangsa kita yang tercipta sejak berabad - abad silam. 

Akan tetapi ironisnya, hingga kini masih banyak pusaka atau pun benda cagar budaya  peninggalan era kerajaan di Nusantara lainnya yang masih hilang, bahkan ada pula yang keberadaannya saat ini diketemukan di negara lain. Seperti halnya keberadaan empat buah tombak pataka peninggalan masa kejayaan Kerajaan Majapahit yang kini masih tersimpan di The Metropolitan Museum of Art, sebuah museum di Kota New York, Amerika Serikat. 

Adapun empat tombak pataka pusaka Kerajaan Majapahit tersebut masing - masing adalah bernama Sang Dwija Naga Nareswara, Sang Hyang Baruna, Sang Hyang Padmanaba Wiranagari dan Sang Hyang Naga Amawabhumi.

Keberadaan empat tombak pataka di The Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika Serikat itu pun kini tengah menjadi perhatian para pemerhati sejarah dan pegiat budaya di Yayasan Forum Budaya Mataram (FBM).

e

(Ketua Yayasan Forum Budaya Mataram, BRM Kusumo Putro)

Disampaikan Ketua Yayasan Forum Budaya Mataram, BRM Kusumo Putro, pihaknya berharap pemerintah Indonesia segera berusaha untuk mengambil kembali atau memulangkan benda pusaka peninggalan leluhur bangsa Indonesia itu.

Bukan hanya menjadi saksi sejarah dan bukti kebesaran serta kemegahan Kerajaan Majapahit di masa silam, dikatakan Kusumo, empat tombak pataka itu juga merupakan warisan leluhur milik bangsa Indonesia yang wajib dijaga dan selayaknya dilestarikan bersama di Tanah Airnya sendiri.

"Pusaka yang sangat dikenal adalah tombak Pataka Wilwatikta atau Pataka Majapahit. Pataka adalah sejenis bendera atau panji militer yang digunakan dalam peperangan. Sayangnya, empat dari tombak Pataka Majapahit tersebut saat ini berada di Museum Amerika, tepatnya disimpan di The Metropolitan Museum of Art, New York, USA," terang Kusumo kepada Klikwarta.com, pada Sabtu (24/10/2020).

Keberadaan empat tombak pataka Kerajaan Majapahit di The Metropolitan Museum of Art, New York itu pun sangat disayangkan. Terlebih, antara Amerika Serikat dengan Kerajaan Majapahit tidak memiliki silsilah apapun.

"Amerika juga tidak memiliki keterikatan sejarah dengan pataka Kerajaan Majapahit yang notabene merupakan warisan budaya milik (aset) Negara Republik Indonesia. Indonesia lah yang sepantasnya memiliki, merawat dan menjaga pusaka peninggalan Kerajaan Majapahit tersebut serta mengenalkannya kepada generasi muda dan anak cucu kita sebagai bukti sejarah kejayaan Majapahit di Nusantara," jelas dia.

Terkait upaya mengembalikan sejumlah tombak pataka tersebut ke Indonesia, Kusumo mengatakan, pihaknya kini juga tengah menggalang dukungan dan menyerukan kepada semua lapisan masyarakat untuk bergerak bersama dan turut ambil peduli termasuk dengan memberikan bentuk dukungan melalui petisi.

"Kami mengajak teman - teman untuk bergabung dan atau menggalang dukungan terhadap petisi ini, agar tombak pataka warisan budaya Kerajaan Majapahit kembali ke Indonesia," ungkapnya.

Pegiat budaya Kota Solo itu juga berharap agar pemerintah pun membangun museum untuk menyelamatkan dan mengambil kembali benda - benda cagar budaya peninggalan kerajaan di Nusantara lainnya yang jumlahnya disinyalir mencapai jutaan dan masih tersebar di berbagai museum di luar negeri.

"Agar generasi sekarang maupun generasi  yang akan datang mengetahui bagaimana hebatnya nenek moyang bangsanya, serta untuk meningkatkan jiwa nasionalisme dan patriotisme mencintai  bangsanya sendiri, bukan justru mengagumi dan membanggakan bangsa lain. Semoga pemerintah kita segera berfikir tentang hal ini agar budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia tetap Lestari selamanya," ujarnya.

Kusumo menyebut, berdasarkan referensi hasil penelitian para ahli sejarah di Tanah Air bahkan dunia, bahwa di Indonesia diperkirakan pernah berdiri sekira lebih dari 525 kerajaan.

"Hal ini sebenarnya menunjukkan bahwa peradaban bangsa kita sudah sangat maju dan hebat sejak ribuan tahun lalu dan merupakan satu - satunya negara di dunia yang memiliki kerajaan terbanyak yg pernah berdiri di dalam sebuah negara," tandas tokoh pegiat budaya yang juga Ketua Dewan Pemerhati Dan Penyelamat Seni Budaya Indonesia (DPPSBI) itu.

Berdasarkan referensi yang disampaikan oleh Ketua Yayasan Forum Budaya Mataram, BRM Kusumo Putro, dijabarkan lebih lanjut mengenai 4 tombak pataka peninggalan Kerajaan Majapahit yang keberadaannya kini masih tersimpan di The Metropolitan Museum of Art, sebuah museum di New York, Amerika Serikat.

1. Pataka Sang Dwija Naga Nareswara

Berbentuk pataka Nagari sebagai perwujudan dari naga kembar Tirta Amertha yang dibuat pada era Kerajaan Singhasari abad 12 hingga 13 Masehi dan diwarisi oleh Kerajaan Majapahit. Tombak pataka ini terbuat dari tembaga. Pataka ini berhasil diselamatkan oleh Sangrama Wijaya ketika Kerajaan Singhasari mengalami keruntuhan saat diserang oleh Kerajaan Gelang-Gelang. Pada pataka inilah pertama kali dikibarkan bendera Majapahit yang bernama Gula Kelapa (Merah-Putih) yang sekarang kita warisi menjadi Bendera Sang Saka Merah Putih.

2. Pataka Sang Hyang Baruna

Dibuat pada jaman Kerajaan Singhasari pada abad 12 hingga 13 Masehi. Pataka ini sempat diselamatkan oleh Sangrama Wijaya. Biasanya pataka ini dipasang di atas kapal yang memimpin atau mewakili rombongan ekspedisi kerajaan. Bendera atau panji-panji yang dipasang bernama : “Getih – Getah Samudra” (lima garis merah dan empat garis putih), sebagai bendera armada militer Singhasari/ Majapahit. Sampai saat ini bendera ini tetap dipakai oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) dalam kapal-kapal perangnya di perairan internasional, dengan nama panji-panji “Ular - Ular Tempur”.  Pataka ini pertama kali dibawa oleh pasukan ekspedisi Pamalayu dan diserahkan kembali kepada Kerajaan Majapahit sebagai penerus dari Kerajaan Singhasari. Detail tombak ini sendiri memiliki dua mata tombak kembar di atas kepala dan ekor naga.

3. Tombak Pataka Sang Padmanaba Wiranagari

Pada Tombak Pataka inilah pertama kali dipasang Lambang Kerajaan Wilwatikta (Majapahit). Pada kain yang terbuat dari bahan tembaga dan bermakna Sang Padmanaba Wiranagari atau teratai kemuliaan pembelaan negeri. Pataka ini merupakan pataka yang sebelumnya dibawa oleh Jayakatwang Kediri namun berhasil direbut kembali oleh para Senopati Singhasari pada ekspedisi Pamalayu. Dalam Ekspedisi Pamalayu, para Senopati berhasil merebut kembali lima panji pataka. Peninggalan Singhasari yang ada di Daha, lima pataka Singhasari tersebut akhirnya dibawa pulang yang itu juga merupakan peneguhan sikap kerabat di wilayah Daha bahwa Majapahit adalah bentuk Singhasari yang sah dan penerus Raja Sawangsa.

4. Tombak Pataka Sang Hyang Naga Amawabhumi

Berbentuk tombak naga dengan bahan tembaga yang dikenal dengan sebutan Sang Hyang Naga Amawabhumi atau berarti naga penjaga keadilan. Mereka yang memiliki Pataka ini harus mempunyai sikap seperti dalam Mukadimah Kutara Manawa. Dalam Mukadimah Kutara Manawa atau undang-undang jaman Majapahit ditegaskan bahwa seorang Amawabhumi teguh hatinya dalam menetapkan besar kecilnya denda, jangan sampai salah. Jangan sampai orang yang bertingkah salah, luput dari tindakan. Itulah kewajiban dari Sang Amawabhumi jika mengharapkan kerahayuan negaranya. Pataka ini juga diboyong dan diselamatkan oleh Sangrama Wijaya saat Singhasari diserang.

(Pewarta : Kacuk Legowo)

web banner

Related News