 
Ilustrasi wanita sedang merenung karena merasa gagal dan tertinggal dari orang lain (Foto: pixabay)
Oleh: Yuhaenida Meilani, mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta)
Perjalanan untuk bertahan sampai hari ini, adalah bentuk usaha yang selalu diperjuangkan. Kita sudah melewati banyak hal yang tidak pernah terlintas dalam pikiran, dan melakukan banyak hal yang tidak pernah diperkirakan.
Sebagai manusia, aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu berharga masa remaja. Aku berusaha menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yanng ingin dicoba. Diberi dorongan untuk terus maju, mendapat tekanan untuk menjadi yang terbaik, dan pengalaman luar biasa yang menguras tenaga.
Aku selalu melihat pencapaian orang lain. Merasa bahwa diri sendiri tidak ada progresnya, merasa gagal, tidak ada peningkatan, dan selalu merasa tertinggal. Tanpa sadar, aku akan mulai mengucilkan diri sendiri, merasa bahwa semua perjuanganku, tidak ada hasilnya.
Aku akan merasa makin takut untuk melangkah. Takut mencoba hal-hal baru, takut tidak seberuntung orang lain. Sampai akhirnya, merasa takut sendirian dan takut ditinggalkan, karena tidak memiliki keunggulan. Aku akan selalu merendahkan diri sendiri tanpa melihat proses dan perjuangan.
Padahal hidup akan terus berjalan kan? Dan aku tidak pernah benar-benar tertinggal. Aku akan mengalami situasi untuk memulai, mencoba, gagal, dan berhasil. Semuanya tidak pernah benar-benar instan. Bahkan saat seseorang mencapai masa keberhasilan, mungkin dia sudah melewati masa tersulit yang tidak pernah orang perkirakan.
Aku terlalu sering mendengar ucapan tentang “Setiap orang punya masanya masing-masing.” Tetapi hal itu tidak pernah benar-benar mengobati rasa kecewa akan sebuah kegagalan yang dirasakan. Merasa tertinggal dengan pencapaian orang lain memang melelahkan. Tapi, lebih melelahkan lagi jika mengejar hal-hal yang sebetulnya bukan sebuah perlombaan. Hidup bukan sebuah pelarian.
Aku mengejar banyak hal di dunia. Berusaha menjadi yang paling unggul dari yang aku bisa, mencoba banyak hal agar mendapat gelar sang juara. Setelah semuanya tercapai, aku akan tetap merasa kurang. Aku akan merasa gagal, saat aku berdiam diri dan melihat keadaan sekitar, yang ternyata masih banyak yang lebih hebat lagi di luar sana.
Makin dipikirkan, aku akan semakin merasa tertinggal. Merasa diri sendiri tidak memiliki pencapaian, tidak bisa membanggakan, dan malah dihadapkan pada sebuah kegagalan. Titik di mana aku merasa takut tidak bisa jadi apa-apa. Seringkali merasa rendah diri dan cemas akan masa depan sendiri, seolah-olah aku tidak cukup baik atau tidak mampu mencapai hal-hal yang sama.
“sebenarnya bakatku apa sih? Kok orang-orang bisa ya? Kok orang lain hebat ya? Kapan ya aku bisa seperti mereka. Sepertinya aku tertinggal jauh ya.”
Aku mulai meragukan kemampuan sendiri, dan merasa takut bahwa aku tidak akan pernah mendapatkan apa yang telah dicapai oleh orang lain. Aku menjadi terjebak dalam siklus perbandingan yang merusak harga diri, dan membuat hilang keyakinan dalam kemampuan sendiri.
Bangkit dari rasa sakit memang tidak semudah itu. Aku melewati proses panjang dengan penuh air mata dan pengorbanan. Merasa pesimis bahwa diri sendiri, bisa melewati semua rasa sakit itu. Mencoba menerima dengan apa yang akan ditanyakan orang-orang. Pertanyaan “Kenapa bisa gagal? Padahal persiapannya sudah matang.”
Menghadapi rasa sedih karena melihat kenyataan yang di luar ekspektasi. Mencoba merespon tanggapan orang-orang tentang aku yang tidak meraih prestasi. Melihat sekitar yang bahagia karena perjuangannya berhasil. Mendapat banyak tepuk tangan dan selamat. Sementara, aku hanya mendapat ucapan “Semangat".
Tetapi kegagalan bukanlah hal yang menakutkan, bukan juga hal yang harus dihindari. Kegagalan adalah bukti bahwa kita berani mencoba, dan kita harus bisa bangkit untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Gagal dan berhasil? Dua-duanya adalah hasil akhir dari usaha-usaha dengan proses panjang yang tidak akan jadi sia-sia.
Setelah dilewati, dan diterima dengan sepenuh hati. Ternyata kemenangan bukanlah mendapat posisi teratas, ataupun tentang mendapatkan apa yang dimiliki orang lain. Tetapi tentang menerima siapa diri kita sebenarnya, dan berusaha menjadi yang terbaik dari diri kita yang kemarin. Perbandingan hanya akan membuat kita kehilangan fokus dari apa yang sebenarnya penting dalam hidup.
Dari perjalanan panjang yang sudah dilewati, kerap kali aku lupa introspeksi diri. Aku lebih sering menyalahkan diri sendiri, dan merasa bahwa hidup tidak adil. Kehidupan hanya berpihak pada orang-orang beruntung yang punya hak istimewa. Padahal aku hanya kurang bersyukur, kurang mengapresiasi hal-hal kecil, dan kurang bangga dengan apa yang sudah dimiliki hari ini.
Meskipun perasaan merasa tertinggal kadang-kadang masih muncul, aku harus menyadari bahwa setiap orang memiliki waktu dan jalan hidupnya, dan yang terpenting adalah bagaimana cara menghargai dan merayakan pencapaian pribadi. Keberhasilan bukanlah tentang mencapai titik tertinggi dalam waktu secepat mungkin, tetapi tentang perjalanan yang diambil untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu.
Hari ini aku mungkin gagal, tapi aku akan mencoba untuk menang. Karena kemenangan bukan hanya tentang sebuah juara dan peringkat, tapi juga melawan rasa takut, dan tidak perlu merasa kalah dengan apa yang membuatku patah.
Kegagalan adalah bagian alami dari kehidupan dan proses belajar. Ingatlah bahwa setiap kegagalan membawa kita satu langkah lebih dekat ke tujuan dan membentuk karakter kita menjadi lebih kuat dan lebih tangguh.
Jadi walaupun gagal, akan banyak hal yang patut untuk dirayakan, untuk diakui, dan diberi apresiasi. Guruku pernah berkata "Perjuanganmu luar biasa. Tapi yang lebih mengagumkan adalah keberanianmu untuk mencoba. Itulah yang sebenarnya membuatmu menjadi pemenangnya."
 
     
 
 
 
 
 







