ilustrasi (Net)
DITANAH ANARKI
Hati menggebu, berdebar, hilang arah
Jiwaku disisi, ditanah air asingMemeras keringat memacu peluh,
Di jendela angan
Berdiriku peratapiDi cabang widuri
Memandang sangsaka bertiang bambu
Berkibar tak kembang
Menjulang tak terbang
Ada lelah di tiang kemajuanAda janji tak pernah tepat terucap lisan
Makmur dan sejahtera bagi rakyat hanya bias semataAku “asing” ditanah air ku
Artikulasi tak berisi
Bendera berkibar tanpa tiangUcap di balik segelas kopi
Tak mengantarkanku pada kemerdekaanMerdeka itu bebas
Dan bebas itu berkaryaDirgahayu 71 Indonesia-ku
Taba Saling, Bengkulu. 17 Agustus 2016
-------------------------------------------------------------------------------------------
Bida-dari Dunia
Di tikam kecantikan
Sayap 'bidadari’ dunia
Lentik balutan sutra pada "rusuknya”
Jeruji aurat menerpa tiada hentiKu tunjuk satu
Mewakilkan ketaqwaan, pengabdianbalutan kasih sempurna
Antara Mahabbah RabbDan ruas rusuk-ku
Bengkulu, 02 Februari 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Termenung Aku
Di bawah alam sadar
Ijinkan hening keluh hati
Supaya duka lukaTiada memecah sunyi malam
Menggelegar hambar kebenak sang rahman
Cerita bisu
Tiada benar-benar tahu, Aku
Hati bersenada
Naskah lukaTerlihat tiada tanya
Bengkulu, 06 Februari 2017 ·
-------------------------------------------------------------------------------------------
Lelahku
Bolehkah beristirahat
Memangku dagu di bahu tegar
Sudikah mendongeng
Masa muda-Mu kekar membatu
Maukah menebar bibit mimpi
Di benakku rapuh, gusar
Maukah
Maukah, ayah???
Bengkulu, 18 Maret 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Balada Insomnia I
Taukah?
Jatuh cinta jadikan dewasa
Mengalun merebak di telinga
Menuntun hati kokoh mandiriBisa apa?
Ketika hati terketuk cintaMenjalar nadi mendarah daging
Tanpa cinta
Tak mengenal rasa
Salah cinta, bisa apa?Hidup tidur di kegelapan
Membuat tak nyaman
Terbelalak mentariTak jua jatuh hati
Sukar,
Tak berdaya,
Juga monotonHadir cinta hati nyaman
Pun segalanya
Di kegelapan memandang dan berjalan,
Di bawah terik tersisih bernaungBak embun di tengah gurun
Sekian terjemahan
Cinta mampu membaca hatiBengkulu, 07 April 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Hakekat Cinta Suci
Bawa aku jatuh cinta lagi,
Pada siapapun
Yang mencintai tuhannyaKepada siapa saja
Yang menduakan Cintaku demi rabbiAtau jauhkan aku
Demi seutas mahabbah maha rahman
Bengkulu, 21 April 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Maaf Tuhan, Aku Sedang Sibuk I
Tuhan,
Meninggalkan mu siang malam
Bukan niat melalaikan
Cukup bagikuMelihatmu dari sisi manapun
Yang ku mau
Sejauh ini
Tak sedikit menemukan
Kecintaan abadi pada dunia
Sampai tertuju padamu
Sampai nasehat tiba kepadakuSemesta
Tergambar Sempurna mu
Bisikan tauhid yang usangHadir pada duniawi
Semena-mena mencintai
Semua jadi ruh
Sujud mengagungkan mu
Tuhan,
Hambakan aku
Jadi jalan keridhaan muBengkulu, 24 April 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Samar
Rapuh kelopak mawar
Di dera ombak deras
Lembut belai embun
Menyibak relung hatiMenahan diri di terpa senja
Sang mawar bersua menyambutkuBersama mahkota esok
Tenang hamparan samudera
Camar bernyanyi
Hambar menyikapi sepiDingin angin menepis
Lekang hening, hadir memapah sayuSepi
Sunyi
Berteman intonasi pagiDerup sayu mentari
Bengkulu, 29 Mei 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Kelana
Tapaki jalan hidup
Akrab bumi denganku
Ada logat yang tak ku lupa
Pada siang, malam bergantiAhhh, ku duga
Dia menganulir kenyamanan,
Rasa terbangun, benak belaka
Diam,
Bisikan kedigdayaan fana
Andai rupa ku rubah,Bagai burung terbang bebas
Arungi laut lepas
Susuri langit tanpa pamit
Dengan pongah
Kepak sayap mengibas badai,
Menyapu, menyapa duniaLewat dan istirahat
Bukan karna aku khalifah alam
Bergerak
Berbisik
Dan
MelupaArgajaya, 05 juli 2017, AuRora
-------------------------------------------------------------------------------------------
Kontribusi Alus
Sejak meninggi sang surya
Ia membelaikuMendekap hangat
Sekat dinding atmosfire
Lantang menyapu bulir sayapkuEnggan luput
Malu menatap terikIa mulai turun setengah hasta
Melirik tumpah rasaMenjulang curam di bibir pantai
Ikat janji esok hariBerbisik
Enggan tinggal sendiri
Di jamah waktu,Di rengkuh malang gulita
Ku balas tatap-nya
"Yang menemani;Bukan menggantikanmu"
Rona rembulan walimu
Anyam mimpi hingga kembali
Usah risau,Meski bersimpang
Ingat janji ku,"Kita seumur, tertatih di buaian
Kau menimang semat kasihmu
Berujar halus tak ku lupa"
Sudahlah
Takan pergi tanpamu
Bermimpi sendiri,Menjaga halusinasi
Tak sedetik waktu
Mencegah majuKau tau
"Aku ingin hidup seribu tahun lagi"Bengkulu, 26 Juli 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Lentera Di tepi Malam
Tiada sapa
Malam takut rembulan cemburu
Di sela pekat kabut, meronta, malu,
Ragu berujar waktu
Malam diam melangkah
Cahaya henti di pembaringan
Gusar,
Kalut sampai larut
Embun membalut lembut
Lentera menyerangai
Pada jiwa khidmatTersirat
Angin hembuskan rindu
Mesra mengoyak luka
Kelabuhi rasa sampai bias
Anyam kemesraan
Bengkulu, 31 Juli 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Di Atas Hutan Mangrove
Berdua melirik alam
Tersemai menjulang semampai
Hias rantai rawa, tepian dangkal
Sambut biduk lalu lalangMemecah riak ombak sungai
Ku tulis, memandang
Rimbun semilir daun melambai
Tersenyum mencibir
Cemburu malu kutanya padanyaKutatap celah langit
Rimbunan pohon bakau
Enggan aku pulang
Kampung Bahari, 06 Agustus 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Jiwa Para Veteran
Gersang menepi selepas purnama
Jiwa-jiwa kuat di restui tuhannya
Sontak gemuruh
“Ingin hidup seratus tahun lagi”
Meminta tuhan
Melalui kapas-kapas doa
Kenang merdeka tanpa duka
Bengkulu, 13 Oktober 2017
“Selamat hari veteran: mengenang jasa para veteran doa terbaik untuk pahlawan Indonesia”
-------------------------------------------------------------------------------------------
Cumbui Aku
Cumbui aku lewat duka
Lewat lepuh luka
Lewat gelap gulitaLewat dingin gemetar
Cumbui aku sesukamu fatamorgana
Aku takut hilang waktu
Aku takut sepi
Aku,...arghhhh
Tak ku genggam
Ku sentuh
Merangkul mu
TapiRasa yang ku utarakan tak bicara cara
Ku kutip tahun lalu
Lipat lembar baru
Ku tutup bingkai harap bersamamu
Monalisa,
Ku berpuisi dengan nurani
Sampaikan fatamorgana
Utarakan cinta padamu
Bengkulu, 22 Agustus 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Daku Duka Dunia
Daku tersenyum sinis
Melihat hampar metamorfosa
Alam, insan, kekerasanAbu tebal menguntit udara segar
Asam sulfat mengais piluPolusi, debu merongrong ruh
Perlahan
Daku terusir oleh mu… Juga dia
Satu persatuPlastik, Sampah, polusi
Mendaging pada alam
Akrab semesta terlantar tanpa ampun,
Daku menanamkan dukaUntuk cucu-cucu terCinta
Tapak Paderi, 27 Agustus 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Selaput Sastra
Dini hari
Tidur bermimpi
Meredam lelah
Membungkam gelisahTelisik secerca prosa
Yang menyajikan cinta
Lampiaskan nafsu bijaksana
Menggelora di celah kata-kataMetafora tersaji
Di batas mimpiMenuang ide
Rima menjadi mimpi
Klausa menjadi mimpi
Lalu,
Ku tulis absurdAtaukah,?
Diam, hening mengendap…
Bengkulu , 04 September 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Metafora Semesta
Halusinasi
Tatap lukis alam
Menderai di atas kalbu nirmala-nya
Terkikis lahan hujatMemandang langit
Lafas Khas tulisan Kalam
Cipta Tuhan bernaung ilham
Sungguh,
Jiwa tentram tertanam fasih
Bawa hambaCinta, memuja, membaca
Muhabbah maha rahmanTiada luka hamba
Tiada kira Patuh bertakwa....Bengkulu, 07 September 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Dera Hujan Dirumah Dosen
Mulai khawatir
Duduk di sini di tepi garasi
Pandang langit alam
Menggelegarkan halilintar
Berteduh diri dari kuyup
Menunggu terbukanya pintu ituAku terusik
Suara nyaring bising
Sedang waktu terus menyusutKu coba rebah di tepian kolam
Ku lihat ikan kegirangan
Air curah mengalir
Buat seisi kolam segar terpanaSatu jam kami berpangku dagu
Di garasi rumah singgah menunggu
Ya, belum juga terbuka
Gelisah ku pandang awan
Kian gelap hujan merangkakTak ada tanda akan terbukanya pintu
Masih menunggu
Ada harap tak terlewat
Dari seorang yang di dambaBengkulu, 09 september 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Tak Dapat Tidur
Tak dapat tidur malam ini
Bersarung kain tak nyenyak
Di sapa deraipun terusikNyamuk hinggap kesana kemari
Tanpa risau hati menyakiti
Sedang ku enggan menemani
Ia makin tak tau diriKu tarik kain tertutup sekujur tubuh
Melilit kantuk menggapai subuh
Namun daya selemah resah
Tak tertahan melawan gundah
Nyamukpun riang membuatku keluhAku bergegas bangun telusuri gelap
Sembari meradang dendam
Ku cari denging sesumbarnya
Tepiskan telapak dengan beringas
Akhirnya, terbayarkan caraku mendengkurBengkulu,10 September 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Risau
Tiada bintang malam
Memandang sepi menyakitiSemakin pekat
Tersandar dinding sejarah
Tuang penatTak tau kepada siapa mengadu
Aku rindu teman cerita
Letih berpetualang
Perjuangkan selembar diploma
Sibuk mengukur garis cita~cita
Bertiga, kita saling mengadu rasa
Menuang retorika
Mencaci definisi hidup, lukaSesekali
Ingin ku depak bosan dari kamar malamku
Bersamamu kawan
Tentang sastra, tata bahasa
Linguistik, jurnalistik
Tentang kisah semalam
Kala aku sendiri tanpa kalianTerbayang renggang
Di tengah kota
Di sudut hingar-bingar tersisih sepi
Tiada hari tuk menepi bersamamu lagi, kawanMalam Bermimpi
Halusinasi kasar
Tertatih beriringan
Cerita komplikasi
Tentang semestaTentang orang malam kesepian
Bengkulu, 13 september 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Pelabuhan lama
Tempat kapal Inggris berlabuh
Tinggal lumut-karang tumbuh
Pasir kian menjulang dangkalSengkal jala menjulang
Pemancing asik mengumpan harap
Bermain dengan ikan kecilCamar mendayu-dayu
Mengintari pelabuhan tua
Tak lagi di jamah perahu raya
Tinggal sisa cerita leluhur masaBerharap tak terkikis waktu
Anak tau cerita ibu
Berdua di tepi paderi bersuaTapak Paderi, 14 September 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Seribu Tanya
Pasir bergeming
Panas gusar
Daun rebah
Tanah menguapBerjalan
Merangkak
Berbincang
BergumamTatap tengadah
Dengan raut pinga
Tak bergeming
Laksana luruh perangBertanya dalam singkat
"Aku menemukan Tuhan?"Bengkulu, 18 september 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Dawai-dawai Laut
Duduk di atas biduk
Terombang-ambing angin laut
Berlayar hanyut
Tiada camar lalu lalangYaa,
Hanya aku dan senja
Muak terperangah
Enggan tatap kembaliSusuri gang di laut kekang
Lepas samudera
Tiada pohon tumbang
Semai pencakar langit,Polusi, limbah sampah yang gerah
dan tak ada yang aku bayangkan
Tak lagi terlihat
Titik kecil laut menyangkal
Membelaku dengan satu alasan
Darat tak lagi bersahabat
Laut, ombak berdebur nyaring
Membawa ku di tengah karam karang
Ikan, udang melihatku berderaiPongah
Ramah seiramaBengkulu 29 september 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Senja I
Lagi-lagi ku temukan ia, sayang...
Camar dan gelombang
Sayap Tuhan yang tak bimbang
Alam, cinta, separuh karya semesta
Ada bayang jingga di ukir senja
Melambai mahsyur mentari tenggelam
Aku, menemukanmu lagi, sayang...Bengkulu 02 Oktober
-------------------------------------------------------------------------------------------
Purnama di Langit-langit Kelu
Masih ingin ku pandang sampai pagi
Caya-Mu redup di terpa bayang
Sampai waktu hadir ku terpejam
Dawai awan merentang kelamMeski lusa tak purnama
Malam hilang ku tunggu
Kau tetap lah rentetan rindu-KuBengkulu, 05 Oktober 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Oktober Kasmaran
Jatuh cinta
Aku direngkuh asa
Musim hujan gusar
Rentetan rintik mencerca
Aku diam
Takut tersinggung hapus langkah-kuKu biarkan ia lewat di halaman rumah
Melompati pagar-pagar bambu
Gemericik bersaing denting waktuKu intip di balik kaca basah berembun
Teduh runduk di bawah mentari
Sibak berujar pada siang
Ia malu bergelut dengan musim
Sedang aku, gamang di resap dinginAku tertawa
Oktober hadir menuntun dewasa
Asmara jatuh hati pada hawa
Bayang senyum mu lewat
BerhalusinasiDiam, menunggu hujan kembali merdu
Hati berandai lihai
Dawai bersua, bernyanyi
Aku merah layu tak pandai merayu
Tangan tersekap dibalik rinduMulai gusar ku melangkah
Tuhan memberi berkah
Di sela doa
Aku sempatkan meminta restu...-------------------------------------------------------------------------------------------
Senjakala
Ku duduk di sini
Berdua dengan mu menanti
Senja akan pergi
Bersetubuh pada bumiIngin ku dulang lautan
Agar tak lagi menghalang
Senja yang kian karam
Menikmati jingga
Yang pudar di terpa biru lautan-------------------------------------------------------------------------------------------
Balada Ratu Samban
Beberapa kali melintasimu
Kau jemu layuSantai, nongkrong, main wifi dan lalu lalang
Kisah haru dariku berlabuh
Kian keras di bawah teras langit
Abu-abu warnamu sembilu
Berdebu dan lesuPrasangka ku begitu menggebu
Tak lagi bersandar
Dan menyisakan sapa biasaApa aku, mulai jatuh hati pada ratu lainnya?
Ratu Samban Bengkulu, 27 Oktober 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Bayang Malam
Aku tak tahu siapa tuan
Hanya saja tuan melirik tajam
Kesana kemari tuan menguntit
Aku bertanya tuan diam tak karuan
Aku berlari dan diam tuan setia
Tuan,
Silahkan duluan!! tuan segan
Tuan siapa? tanyaku, Timpalnya kaku
Baik jika tak ada jawaban dari tuan
Kita,
Antara lentera malam yang curiga
Kalau begitu padamkan saja cahayanya
Pettth..,
Ia makin kuasa
Bengkulu, 28 Oktober 2018-02-27
-------------------------------------------------------------------------------------------
Tak Mau Tua
Metafora Berujar pada fajar
Pohon di sekeliling rengkuh
Mentari sebentar lagi terbit
Merekah sumringahSusuri jejak trotoar
Saksi pejalan kaki terlupakan
Alih rupiah tak elak
Hingar-bingar layar petuah
Alih fungsi pasar dadakanWarna langit sedikit abu
Kian rindu pada ibu
Menyandera asap, mendera sesapPenyapu jalan sedikit mendikte
Marah pada dedaunan gugur
Tukang parkir mangkir
Mobil berjajar di trotoar kamiSiswa-siswi lari mengejar bel
Alih-alih ria
Tanya pada tetua bijaksanaGuru-guru kelu
Bosan memberi ilmu
Apa daya saku tak mau-------------------------------------------------------------------------------------------
Senjang
Sudut luka
Mulai akrab pada malam
Sendiri rebah,Tatap langit-langit kamar
Bersua pada rindu
DuluSudut sepi
Luka lama mendera
Hati tumpah sayu
Darah di sela arteri
Henti berdenyut beku
Tersedu mengingatmu
Pilu, hening
Kaku menemanikuBerbisik dawaikan larik
Parau mendayu
Sigap menahan lelap
Menepis doa terucap
Mimpi manis kalap
IngkarPagi menyapa duka
Embun melepas fajar
Aku tetaplah kawan lukamu
Tertatih
Membekas-------------------------------------------------------------------------------------------
Menderap Pertiwi
Kita lupa
Pada minoritas di atas kertas
Yang berdaya membela negara
Karna anak cucunyaKita lupa pada waktu
Mereka,
Yang mengais sampah
Menyapu jalanan
Jajakan koran di bibir harap
Mengamen, berjibaku pada siang
Adalah minoritas yang berjuangBukan berkolusi
Lewat berkas bisu
Atau kuasa jas abu-abu,,Bukanlah kita
Intelek berdalih resparasi bangsa
Demi kepentingan perutKita, adalah mereka yang lapar
Tanpa peduli pada pertiwiSampai kapan kita setia
Pada janji berbangsa, sila keempat
Pada Tuhan yang adil bijaksana
Jiwa-jiwa pahlawan
Terlupa politisasi jangka rentanSampai kapan?
Kita bebas Berdemokrasi,,
Sampai layukah Indonesia???
(12 November Masa Milenial)
-------------------------------------------------------------------------------------------
Kala Sendiri
Langkah gontai lunglai
Kesah terberai
Mata-mata tawakal
Tak menyuruhku diam
Bibir-bibir mungil
Menyayat telingaTimur fajar
Hingga barat senja
Serak menjagal malam
Angin sanggah sepoy nyamanku
Kelu panas mentari
Di dera badai nirwana
Aku ingin di persanda
Oleh jiwa-jiwa khidmat
Agar pongah tak lagi gemulai
Walau riak badai melandai-------------------------------------------------------------------------------------------
"Aku Bukan Aku" Kata Buku
Buku-buku di sampingku meronta
Bosan terus ku dikte
Ku peluk mesra kala rebah
Menggeliat ingin lepas di bibir pantai
Kamuflase pada rindu
Berujar pada senja soreAku bersikukuh, dekap tak mau lepas
Satu kata menyiangiku seharian
Satu paragraf pertama aku lunglai gelisah
Satu lembar kemudian, berderai jadi puing"Oh,
Andai tiada facebook
Aku kian manja kau baca
Coba tak ada wa, bbm, line, pun lain
Aku sendu menanti mu kembali "Katanya dalam bait
"Kapanpun kawan
Aku tulus memberi jalan,
Menitah sampai senja,
Merangkul hingga renta,
Bahkan bertengger di nisan muAku malu-malu mendekapmu mesra
Percayakan aksara yang tumpul gurauan
Ajarkan hening
Bijaksana layaknya padi itu
Isyarat batu yang tabahUmur jadi ukur,
Kita berjarak satu hasta, saj
Curhatmu tentang ku pada arlojiBengkulu, 03 Desember 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Tuhan Dirinya Sendiri
Suatu ketika
Aku duduk menatap langit
Tak ada Tuhan,
Memandang laut lepas
Tak ada Tuhan,
Sampai di tengah-tengah gurun
Tak ada Tuhan.
Ku putuskan sekali lagi melihat hutan di negeriku...
Wahh!!
Ku lihat banyak sekali manusia
Menjadi Tuhan untuk dirinya sendiri
Merambah hutan,
Mendirikan tambang,
Bakar buka lahan,
Menggunduli ke-esaan manusia
12 Desember 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Rotasi Waktu
Berjalan aku di sumbu waktu
Rentan
Enggan pergi dari ruang lingkarBerkumpul
Kita diam di atas jejak
Monoton
Kaku mengeja siang malamBerunding
Kaku dalam makna
Lamban
Terpejam di luar zonaBerputar dalam jangka
Tak sungkan mendera peluangBengkulu, 18 Desember 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Ayah
Bagaimana
Jika kita bicara tentang besi tua
Berkarat, renta, lusuh, tak kokoh sediakalaBesi tua
Mengarat di dera hujan panas
Tampak urat keringat
Bisu jadi abu
Kekar jadi lesu
Tangguh, seketika layuSiang malam harap senyap
Tanpa lapar di pundak besi tuaMengejar nafas di bilik bambu
Diluar, umur membabuRenta, lenyap ia kunyah
Senyum pilu menatap raut wajah sayu
Selembar baju membalut lelah
Besi tua bersua pada duniaKeriput di balut senja
Malam begitu mempesona
Siang bak ranum mawarDialah Ayah tercinta sibesi tua dari surga
19 Desember 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Siapa Kita?
Namamu begitu asing
Siapa?
Apa kita pernah bertemu di padang gersang
Hingga tiada lagi sapa terulangSiapa?
Atau perjumpaan di tepi samudera waktu itu
Sampai begitu akrab tak saling rinduSeingatku,
Tiada temu dan jumpa yang paling mesra
Sampai kita saling melupa
Kecuali,
Perkenalan kita maya, dua-tiga tahun laluMungkin.
Kau sudah jadi namaku yang samarBengkulu, 21 Desember 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Pantai Kualo
Begini;
Biar ku ceritakan kiriman dari sebrangUntuk ikan-ikan di lautan
Aku berjalan mengintari tepian sungai
Sisi lain tepian samudera
Tak ku temukan seroja, pecahan kerangLiat saja
Ya, seonggok kesombongan
Dari sampah limpahan limbah batu baraLalu, segala sudut
Tak ku temukan permata-permata zambrut
Di balik tapak ku temui
Tumpukan sampah masih basah
Enggan di papah jari-jari mungilTunggu dulu, ahh!!!
Apa mungkin muntahan paus
Menepi di pantai usangLihat saja, jangankan kepiting
Kerikil pantai patah hilang menyeruak
Apalagi harapan!!?(Marahku dalam hati)
Bengkulu, 28 Desember 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Antarkan Aku Pulang Kawan;
Ada seberkas bisu
Saling serang dalam diam
Yang hilang kepercayaan
Lenyap berhadap-hadapan
Derap lembah curam,
Sekat hulu-hilir diwala yang usang
Jalan landai terlena pada niscaya
''Bawa aku pulang''
Bengkulu, 07 Januari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Sajak Sejuk
Sedikit manusia
Memandang cemburu
Karya Tuhan lebih teduh dari doa
Hiasan di setiap zikir
Dari manapun memujinya,Ooh, Tuhan segala unsur!
Yang mati kau sentuh cinta
Apalagi yang senantiasa bercumbu pada nafas;
Kata-kataku sedikit rancu memuji
Desah nafas berat merabu
Muhabbah darimu,
Manusia yang mulia
Hidup fajar mati senja,Rindu memimpikan-Mu kala petang
Bengkulu, 11 Januari 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Haruskah Iqra
''Iqra' biismi rabbikal-ladzii khalaq
Bacalah,Dengan nama Tuhanmu yang menjadikan.,
Ku temukan dalam bait ayat
Sedang Muhammad,Bersimbuh bertahun-tahun mencari
Di gua Hira yang sesak dan pengap''Khalaqa-insaana min 'alaq
Menjadikan manusia dari segumpal darah.Kisah penciptaan manusia
Adam,Bersimbuh kelakar juangkan anak-cucunya
Di Surga penuh goda''Iqra' warabbukal akram
Bacalah, dan Tuhan-mu Yang Maha Pemurah.Setiap waktu keluh berdoa
Muhammad, Adam menangis rintih
Di Dunia fana dan sia-siaMemohon keselamatan hambanya
''Al-ladzii 'allama bil qalam
Yang mengajar dengan qalam.Aku, sekali lagi, aku....
Jadikan rahmat bagi kaum MuhammadBengkulu, 11 Januari 2017
-------------------------------------------------------------------------------------------
Senja Memohonkan Dikau
Aku pernah cinta denganmu
Walau tertatih,
Hadirmu jadikan ku lebih dewasa
Walau akhirnya pisah di reruntuhan hujan
Engkau bisikkan sayup-sayup mimpikuDi persimpangan ini, tiadapun dikau
Aku sekarat merangkak
Daun gugur, ranting patah tak tumbuhKita hilang arah
Sekalipun tidakMenggugurkanmu dalam doaku
Sampai kapanpun dinda
Sampai tua berujar tanpamu
Sampai renta memejam
Ku mau, nisanku berdampingan13 Januari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Budi Ajarkan Budi
Budi?!
Kemari
Bapak ajarkan abjad
Supaya tidak bejat
Nanti
Mati
Budi
Kesini
Ibu ajarkan bilangan
Agar selalu penyayang
Nanti Sampai mati...
Ayah.
Budi faham
Abjad tunas makna
Menjadi diri bijaksana
Bungkam kesah
Ibu.
Budi mengerti
Bilangan simbol perlawanan
Mematri nisan
Kembali Abadi
*Mengenang wafatnya guru Budi akibat penganiayaan siswanya
13 Februari 2018
------------------------------------------------------------------------------------------
Gurauan Waktu
Sesak
Dada berdegub kencang
Hilang ruangTanya ku tak usai
''Sial menguap lenyap?''
Pincang ''seiring waktu berjalan''Haruskah ku sayat nadi
Lepas melas, jadi seonggok daging busuk
Yang jadi penutup kebohonganMuak bicara pelan
Bijaksana pada puan
Bosan berdiri paling depanGetir,
Saksi keadilan ingin beda rasa
Mati, terkesan beda caraPeratapi bendera
Tak rupa kasta membelenggu
Amarah di nista tuhan tanpa asaTak satupun manusia ku temui
Dalam keadaan berserah diri
Kecuali yang ku pandang di sebrang sawahnyaIa terus berkaca pada parit
Ketika ku tanya demikian
Ia melempar kesan15 Januari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Balada Semalam Sayang
Ingin ku nikmati mungil tubuh mu
Selangkangan bunga kamboja
Lekuk dada, rambut-rambut tipis berdawaiLeher indah, rona pipi
Menggelinjang tersengat
Oh, dewi ratus maha anggun
Telanjang Mu indah membelai matakuOh, dupa teduh bernaungi resah
Ku cumbu dikau sampai pagi,
Ku rengkuh mesra sampai senjaDewangga jadi saksi semalam
Mencabikmu desah
Seduh bercampur dengan peluhDewiku
Anggun penawar jiwa sepi
Tak hengkang mata memandang
Biar saja kau kangkang
Sampai subuh terlenaDi bayang-bayang madu nirwana
Bengkulu, 17 Februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi o Denny J.A
Pandang ku melayang pada nama asing
Tak ku kenal,
Katanya ia pelopor pujangga baru
Pujangganya kata-kata
Merenggut setengah hasta lahirnya sastra
Denny JAOrang baru yang sok tau
Pandai menata berudu
Karya bias, syair tabu
Kata bias, bait lugu
Ketimbang syairku, ia lebih berani
Maklum lahirnya lebih dulu darikuKata beliau
Sastra sistem komunikasi rasa,
Tau kias ia anggap keras
Diksi ia anggap fiksi
Metafora ia anggap jenaka semata
Sedangkan awampun tau
Puisi punya retorikaTak membeli kata jadi politik asa
Bengkulu, 22 Januari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Tak Se-ego Namamu
Bukan sesekali mendekapmu dalam diam;
Doaku, mendekapmu
Langkahku, mendekapmu
Gawaiku, mendekapmu
Kau terlalu cepat menyimpulkan asa;
Hadirku, tiada guna
Sapaku, tiada guna
Senyumku, tiada gunaLalu, bagaimana bebas terbang tinggi;
Jika sayap kau kepakkan batas prasangka22 Januari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Menggadai Kasih
Satu malam pekat
Awan kelam, angin tak bersahabat
Ku rangkai pilu
Hilang kelang membisuBerai.
Sakit tiada kira
Mata berbinar
Enyah menyapamu
Tak pandai ku tahan rindu, menggebu
Bersua memandangmu gulita
Di reruntuhan hujan
Berteduh pada emperan kasihTiba-tiba asa menyeruak
Sepanjang jalan melintas pulang
Ku sekat tanpa batas
Kau peluk erat
Saat jemari saling silang menggenggamTabu,
Tiada kau titipkan seroja lama
Kita saling ingkar merajut janji
Patah rayu lekas menghujamHasrat jemawa
Tiada daya ku seduh jua
Semesra dulu
Kala membelai wajah sayu
Dingin membalut keras lidahkuKau seroja lupa kasih sayang
Di hamparan malaka membentang
Hilangan dayung, berenang
Menuju tepi IlhammuBengkulu, 22 Januari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Tanpa Rindu
Malam rindu
Kau indah terlihat
Ku usap fotomu yang tinggal satu,
Bawa kemanapun pergi sesap dalam ragaBayang mu disini
Sebagai sapa penghibur lara
Raba mengusap lukaMeski kau gadai cinta
Iklas senyum pahit menunggu
Tanpa akad, tiadalah menggenggam muSatu pinta, titipkan kasih
Jaga utuh pada lubuk hati
Jangan pula kau gadaikan namaku
Meski tiada kuasa bersediaCukup senja kita lewati
Hujan menghapus luka
Teruntai dalam setangkai rasa
Tiadapun dikau,
Aku hanya bangau yang sesat
Sepanjang tepian selat24 Januari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Malantang
Haruskah lisan ku kunci rapat
Diam tiada sapa
Ataukah mata ku lipat
Lekas lenyap, hilang
Begitu membelenggu
Hilang arah memandang
Ku hempas di kelang
Tersapu rinduPulang kembali
Angin mendera ku
Enyah,
Sesap tiada jalan tertujuTerpaku di persimpangan
Menunggu,
Waktu tak kunjung senja
Bosan fajar lama menghujam
Kaku diwala menuduhkuBagai gugur daun
Sepanjang musim satu tahun
Menunggu di ranting-ranting patah
Menjegal hujan resah
Tumbuh, patah tunas baruDikosane mantan, 24 Januari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Lika Liku
Aku
Orang asing di sudut bisu
Tak kenal dunia baru
Keluar rumah tanpa baju
Merangkak, kakuBersemedi di bawah kaki langit
Menengadah tanpa arah
Kadang bersimpuh pada tanah
Menapaki jalan sulitAku
Asing tertatih gundah
Tak tau diri siapa Tuhan
Acuh mengeluh rapuh
Lupa kodrat insan25 Januari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
NuN
Dalam sendiri ku fakirkan ruh
Memuji
Memadu
Pohonkan seraut dosa
Agar sesap
Hilang
Kelang dalam jemari ilahiDi bawah langit malam
Maraung
Terngiang
Memudar lirih dalam bayang
Merayu
Mendekap
Sekap mahabahmu yang bisu25 Januari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Horizon Kaki Langit
Abdulah,
Anak tak di peranakkan
Di tinggal mati ibu,
Tak tau siapa bapakMengais sampah di jalanan
Kadang jadi babu,
Hidup melunta-luntaSesekali ia mampir kemasjid
Mengadu pada ledeng, lepas dahaga
Tak jarang bersimpuh teduh di emperan
Mengucap sekelebat harap
Pada Tuhan yang tak ia kenalSuatu kala
Ia mampir kembali
Mendongak ke dalam jendela
Tangan menjulur mengait lirih
Mata awas badan gemetar laraTaunya ia jatuh cinta pada asyifa
Segera ia mendekap sekap
Memeluk erat wasiat tuhan
Niat hati mengenal rahmanSetelah itu, timbul pertanyaan;
"Apakah mencuri Qur'an di dalam masjid,Tidak timbul hukum apa-apa, di antara ganjaran apa-apa?"
Manusia biasa apa jika Tuhan mau apa?
Jadilah maka jadilah,
Matilah maka matilah
Di sana, yang kaya hanya tertawa
Sedang aku yang jatuh cinta
Menangis fakir dalam fakirBengkulu, 26 Januari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Mencintaimu Setengah Windu
Januari lekas pergi
Menanti kemesraan akal
Di hari ketujuh belasLusa,
Setengah windu terpatri
Lantas lingkar tanggal
Memelas setiaPada cinta fana
Tak perlu bijaksana
Pada diri birahi
Usah sumpah suci
Lalu aku gegas merana
Seraya kandaskan cintaKau janjikan seroja,
Ku pungut lekas layu
Kau ikrarkan setia,
Ku genggam lantas pilu
Lalu rindu selama purnama
Bias saja bagai tanpa sua??17 Februari 2014 - 28 Januari 2018
-Nostalgia-
" Antara malaka dan sunda kelana,
Aku menitip rindu pada merpati bisu
Sampaikah padamu sayup doaku?
Atau, sudah kau lipat jadi ASA29 Januari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Sajak Orang Susah I
Terik menyengat ubun-ubun
Manusia hilir mudik berhamburan
Aku tergopoh melas
Meminta tolong rakyat kansasTaunya,
Bantu tak ikhlas, bangsat!
Buat otak makin rusak saja
Tercecer bagai puing kelana
Lari
Aku bergumam teraniaya..."05 Februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Sajak Orang Susah II
Ingin sekali ku sepak
Mulutmu sial dan bau
Ku sumpal dangkal otak dan fikiran
Lagi-lagi, bangsat!!
Aku kena tipu muslihat
Padahal baru semalam tobat
Minta ampun melas pada ilahiMohon menjauh, sayang
Tak kau lihat apa?!
Ubun-ubunku tersengat mentari
Setengah hari minta-minta pada manusiaOh, sial sekali,!
Berdoa seharian penuh
Cukup berharga ketimbang menggosok buntut keledai
Apalagi minta tekken prosedurisasi bangkaiAh, atau mulutku saja yang ku jejal
Supaya mereka terhormati
Tidak tersinggung begini05 Februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Detra
Bunga seroja
Di tepian jenggala
Harum merbak menghujam nurani
Kaku mendekap bumi
Tuhan memelukmu erat
Walau kita sekarat menatap
Jangan tumbuh lagi seroja ku
Cukup dikau
Mekar di taman royyan
* Mengenang tragedi pembunuhan siswi SMAN 04 Bengkulu
(Umi Detra; Oktober 1998-Februari 2018)
-------------------------------------------------------------------------------------------
Ke-(a)Dilan~jutkan
Kepada Rakyat Pekerja Indonesia
Ingin saya katakan
Bahwa kepada nasib kalianlah
Munir selalu gelisah dalam hidupnya
Itu pula yang dia bawa hingga ke liang lahat!
Pada keresahan anak-anakmu
Cucu-cucumu yang lugu,
Cicit-cicitmu yang lucu,
Namun kegalauan cemas kuyu
Bahkan aku yang tak kenal kamu,
Membelenggu rasa itu
Moga kau damai
Untuk lekas semayam disisi-NYA
Namamu, namaku, adalah nama Tuhan
Indah tiada keadilan
Rapuh terpendam bisu
Selama-nya
Fenomena film Dilan_Munir In Memoriam 1965-2004
06 Februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Bila Nanti Aku Tak Sempat
Aku merestuimu seperti restu Tuhan
Sesempat hantar doa mawadah
Lekas akad dari maha rahman
Terpatri suci idah yang indahSelamat bahagia, sayang
Senja mu berdua adalah anugerah
Sepanjang fajar menitah kesah
Berjalanlah dengan cinta yang tabah
Saling meniti kasih-sayang beriringan,*Pernikahan adik angkat (Dyan Febriani) yang tak sempat ku datangi
07 Februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Harusnya Aku Malu
Suatu ketika
Kala aku lupa
Jangan sapa
Pukul dengan cintaBukankah ikhlas?
Temu tawa
Pisah diantara bahagia
Masing-masing
Lepas mengembara10 Februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
HENING
...........R
..............I
................N
.............D
...........U
I..........
L............
A............
H.........H.a.m.b.a
13 Februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
SAJAK KEYBOARD
(Diatas CTRL+C)
Di atas zarah
Bilangan tak terhitung
Metafora CTRL
Cipta makna
Lembar terhimpun
Pada kertas kosong
Fayakun!!
Ratu Samban, 15 Februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Kabur Dari Kubur
Ku ziarahi makam-makam imam
Di bawah terang bulan
Malam sunyi
Mencari nama waliDi atas rumput basah
Membaca ukiran
Pada nisan-nisan tua
Mengusap daki tebal mengatupAda yang alpa dari nama-nama esa
Derita semayam di sisi merua
Tersedu pilu
Sendiri dalam matiLain sisi
Tergelap dalam peti
Tanah memeluk erat
Pada mayat-mayat sekarat
Tlah lama menanti waktu
Sangkakala merdekaMereka,
Meminta Munkar-Nakir
Memohon terlunta-lunta
Menjerit piluBebas kembali fana
Bersujud tilawah mendekap nama
Dari yang maha cipta
Setiap hari tanpa jelakTanpa asih
Ilah acuh gemuruh
Mencaci maki umur
Fulan fasik tak peduli kala hidupLalu
Nikmat manakah yang kau pilih
Ruh membalut rangka kau sia-sia
Atau
Tinggal belulang tak berdaya kau minta-mintaBengkulu, 16 Februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Setengah Windu Terakhir
Bersama senyap harap
Aku meminta Tuhan
Memberi arah kaki melekap
Di setengah windu terakhir
MembatinSyairku terlalu elegi
Terlampau cemas tanpa alasBimbang hilang
Kabar terkubur mati
Terbentur angka senjaSetiaku takut luka
Sirna di rengkuh ayumu
Hilang pada titik tumpul
Di cerca waktu
Mengeja ku dalam bayang hilangOh, Alif Lam Ha
Aku mengeja ke-esaan cintamu
Pada jengah kesendirian
Terlalu fakir mendekapmu
Kaku17 Februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Gelisah
Cinta yang main-main
Atau aku yang main-main?
Simpan bayangmu di malam kelam
Lepas mendekap
Pada sekatup doa yang masih samar
Ikat kuat seruas janji
Lalu,
Kenapa skenario pertemuan
Selalu sepahit ini?
17 Februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Dibalik Tirai Kampus
Menanti kehadiran luka
Tercecer lembar kalkir
Terparkir, sayup-sayupHujan februari
Meniti kesenduan
Tak kunjung lekas
Membuai karsaEsa, menatapku kaku
Sedang eka, lamban membuai(Terbelenggu-Waktu)
19 Februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Iba Diakhir Zaman
Demi masa
Tiba sebagai hamba
Camar menyeru duduk bersila
Membatin pada esaDemi masa
Pada akhir zaman
Hamba di cela keadaan
Terlunta-lunta memohonDalam diam kesenyapan
Dunia yang fana, rapuh
Resah makin goyahDi akhir salam,
Tuhan menyapa prasangkaku
"Akulah Zaman itu.
Maka, jangan kau mencela"23 Februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Menatap Keras Pantai Berkas
Lelaki seorang diri
Menatap tajam sebrang lautan
Nampaknya kurang percaya diri
Sampai angin menerpa keningnyaSebilah pancing ia tancapkan di tepian
Setengah 4 sebelum tergelincir senja di pantai berkas
Bergegas menggelinjang tajam , lagiPada awan-awan kelam menyeringai
Ia mengeja arloji berkarat
Tiada beban terpasang
Di lepas penatDan, aku,
Sulung yang sedang bingung
Ingin lepas bersama sesap pantai
Muntahkan buih harap
Lalu senyap di pelukan senja27 Februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
D.P.O
Pertanggal 20
Bimbang di pojok bilik papan; Mirip lapasDiam merenung, berandai
Suatu saat namaku terungkap
Dari daftar pencarian orangMenyerah dengan ikhlas
Di benam lapas nan keras
Sekawanan anjing liar seleksi alamAku,
Tak punya kuasa akan takdir
Tersangka, korban teraniaya
Terkurung rangka halusinasiTak ikhlas hartanya hilang sia-sia
27 Februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Layang-layang, Sayang
Terbang saja,
Jangan putus
Terbang bebas,
Jangan lepas
Terbang tinggi,
Jangan pergiBiar ku tarik ulur hati
Supaya kau tak lepas bebas
Ku pegang erat dengan tali
Agar kau tetap kembaliTerbang saja sayang,
Jangan lekas pergi
Terbang tinggi sayang,
Lekas kau kembaliTinggi-tinggi kau terbenam awan
Jangan tinggi tak kembali
Tinggi-tinggi ku ulur tali
Supaya kau tak lupa diriPutus
Terombang-ambing lautan angin
Dan tak kembali, lalu
Jatuh tersangkut pada dahan yang tak pasti27 februari 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
“Hilang Arah”
Sesalku pernah genap dalam esa
Sesumbar
Jalani hari di belantara samudera
Tanpa arah kemana berlayar
Aku pulang dengan sendu
Yang tak habis di hempas badai
Bahtera yang terkoyak
Terombang-ambing antara selat kekecewaan
10 Maret 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
“Anak Malam”
Tawa di tangguhkan
Mimpi-mimpi sirna
Riak riuh di redam
Pusaran waktu bias
Pada malamnya cerita
Kami mendongengkan kesenyapan
Tatap kelamnya alam
Telusuri mimpi-mimpi mati
Domain sastra
Yang lahir dari malam kembar
Di lukis manusia lugu
Doktrin karsa
Tumbuh di kemaluan pujangga
Bersenggama pada sepi
Satu-persatu kami diam
Di kubur waktu
Dan hidup seribu tahun lagi
14 Maret 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Aku Hilang Arah
Asing
Sekelilingku
Menelan nyaman lautan bias
Jenuh menggerutu
Diam di rengkuh sepi
Khilaf pada jiwa-jiwa jengah
Gelisah di sudut layar kaca
Pada alur keresahan
Di dera rapuh
Ia acuh mendekapku
Seterusnya begitu
Luka sujud menganga
Hingga kota menanti kekasih baru
21 Maret 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Melodi Dermaga
Di bawah pohon kamboja
Pada redup rembulan
Sebrang selat jenggalu
Dalam kesepian imaji
Aku diam di rengkuh sepi
Pandang sayu cahaya lentera
Pantulan pelabuhan malam
Di cibir debur ombak
Lama tak bersua pada sepi
Aku lupa arti hening
Kesenduan sabit cahaya langit
Ingin rintik menyapa
Mengendap-endap padaku bisu
Pasak dilema malam
Dalam bayang kejenuhan
Mencapai klimaks-nya
Ini,
Malam minggu sunyi
Tanpa tawa ibu Habil
Di getir tanah rantau
Dermaga Pulau Baii, 24 Maret 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Tangga Kampus
Not satu
Not dua
Namun, Bukan do re mi
Aku jenuh
Menghitung satu-persatu tangga kampus
Taman bermain tetua yang tangguh
"Sudah bulan berapa ini?"
"Baru bulan tiga"
26 Maret 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi-ku
Merah rona di tengah fajar
Haus memandangmu,
Kaktus di sebrang demikian
Ratapnya melas meminta basuhkan embun
Pada duri-duri kasih yang hilang
Memohonkan doa kepadaku
Sendiri terkulai
Walau bias
26 Maret 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Kongsi Kematian
Mati, Kubur
Mati, Kubur
Mati, Kubur
Mati
Tiada lahan
Bongkar makam
Kubur
Mati
Tiada biaya
Gali samping rumah
Kubur
Mati
Tiada jamaah
Imam bayaran
Kubur
Mati
Lahan sengketa
Bongkar makam
Kubur
Padang Betuah, 27 Maret 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Departemen Mimpi
Mendakilah tinggi-tinggi
Kau liat sebrang kilimanjaro
Salju terbentang lugas
Di selaput muka bumi
Mendakilah jangan gentar
Katamu angkasa itu cuma sejengkal?
Coba daki muka bumi yang polos ini
Percaya atau tidak
Nilaimu pada mimpi masih sebatas jari
27 Maret 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Domisili Malas
Pagi
Dera hujan gerimis
Menjeda aktivis
Berbincang sebuah alasan untuk menang
Babu waktu
Berputar di lingkar jamah
Mengeja dentingnya
Terkulai layu, sayu, dan cundang
Kita kaku
Karna waktu hanya 24 jam
Sedang, alasan untuk belajar
Tak pernah demikian
28 Maret 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Balada Hamba
Tetua yang bijaksana
Pandu aku tua dengan sederhana
Rasa syukur meledak-ledak
Penuh cita, cipta, dan cinta
Maupun ketangguhan menghadapi rinduku
Kepadamu, jua kasihmu al-Mahi
27 Maret 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Dilema Penyair Buta
Di manapun sepi
Aku hanyalah sayap patahmu
Hambar ingin kembali
Berdiri pada pasak bumi
Yang meninggikanku
Aku bias di terpa fanatik
Menghujam sayup-sayup senda
Pada bait hujan nan rindang
Kata-kataku adalah kegelisahan
Yang semi berkarat
Lumpuh
Sastra tak lagi menghiburku
Sajak rinduku melebur jadi kaku
Sepatah kata mulai kelam ku rangkai
Bait yang dulu menyatu
Kini mulai hilang seiring selera zaman
Atau aku yang mulai tua..?
30 Maret 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Janji Sejoli
"Kala mencintaiku adalah seni bernafasmu,
Jangan nafikkan kerinduan
Cukup engkau, Tuhan yang tau
Semesta, ku lipat rapat-rapat
Andai itu derita,
Maka letakkanlah janji terpatri
Walau rantai ilusi mengekang
Lambat laun terberai ikhlas
Percayalah,
Ini janji yang keseratus kalinya
Aku menghargai kesetianmu,
Sayangku
31 Maret 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Aku Sendiri di Padang Senja
Rasanya;
Seperti memulai dari awal,
Ku lipat lembar yang sama
Dari debu menjadi debu
Sayat sembilu menjadi kalbu
Berdaptasi, menyatu pada bumi
06 April 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Alunan Subuh
Aku tersadar
Alunan takbir subuh
Cara bersandarku
Pada hari
Satu syukur tersungkur
Nikmat terjerat
Memuja asma-mu ya rahman
Aku terjamah
Puing-puing hidayah
Yang tiada henti singgah pada hati
Sedetikpun nafas
Ku hempas dalam doa
07 April 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Diantara Luka
Sayang,
Cinta berhenti pada angan
Bilapun aku tau
Tiada ku lukis semesta kepadamu
Semua hilang perlahan
Jangan kembali hadirkan kenang
Manusia lemah sepertiku
Hanya mengendap pada suatu waktu;
Berlatih tertatih
07 April 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
''Tiada Ujar''
Aku menemukannya
Pada kota kerdil nan asing
Semua ramah meninggalkan
Tiadapun terkecuali, dikau
Sampai suatu ketika aku melihat-Nya
Menyapa
Menepi
Menebar senyum
Tuhan
Tiadapun engkau
Aku hanyalah ranting rapuh
Tanpa sapamu kala itu
Aku luruh di rebah keluh
Setiap diksi ku persembahkan
Adalah kekuatanku merayu
Walau kadangkala tabu
Inilah kedayaanku memuji
Sampai tidak nyawa bersanding
Aku masih tetap orang kerdil
Yang hanya membual
Hingga membuatmu kesal
Di mana musim menunggu
Meranggas merapuh berganti
Yang terus berulang
Suatu saat henti
Kala tatih bijaksana
'Bersabarlah kekasihku’
Seperti halnya aku
Bersabar jadi hambamu
08 April 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
"Untuk Bapak Dirumah"
Bapak,
Ku jual empat tahun waktuku
Untuk sebuah skenario,
Seperti sia-sia halnya
Ijinkan satu-dua tahun lagi
Untuk ku persembahkan seribu windu padamu
Terniang semesta
Menyapa nama keluarga
Bapak,
Ku senyerukan sebuah mimpi
Kurangkai melalui sejumput kesabaran
Benar nyata
Berputar di padang senja
Bapak,
Jangan menyerah sebelum aku kalah
Tengah ku rangkai jadi sutra
Agar kau indah di sisi rahman
Bagai permata-permata zamrud
9 April 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
"Herman Suryadi"
Dari skedar kata-kata,
Aku belajar membaca darimu
Diksi,
Meletakkan pada tegar jemari
Bersua lugas pada semesta bias
Ku serukan di atas pusara maestro
Engkau hadirkan rindu kami
Tanpa batas waktu
"Selamanya"
11 April 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
"Ya Rabb, Aku sedang Sibuk II"
Maaf, Tuhan
Pukul berapa ini, aku tak tau
Aku jenuh luruh
Kita mulai berjarak dalam sujud
Maaf, Tuhan
Waktu tak cukup bermediasi padamu
Aku sedang sibuk, jengah
Merangkak pada semesta
Maaf, Tuhan
Waktu tak sampai merindukanmu
Dalam jejakku pada fatamorgana
Kita sedang berjarak
Terlampau singkat dan padat sekat dunia
12 April 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
"Kita Kawan Bersamaan"
Kala tak sepadan
Lepaslah penatmu, penatku
Jangan lepas rasa sayang ini
Sebagai imbas pada hati yang luka
Kita kawan
Bukan pengikut yang baik
Bukan pemimpin yang baik
Kita kawan
Aku datang padamu membuka rasa
Untuk belajar mencintai
Aku menutup hati lainnya
Agar tegar menghadapi
Sejalan beriringan
Bukan sejalan bertentangan
Sejalan searah
Bukan mencari celah
Kututup mata kala jengah
Mendengarmu gelisah
Diam mereda marah
Bersua rindu yang sudah
Andai bosan berbicaralah
Diam tersenyum pada waktu
Menyatukan kita pada masa
Sebagai insan di rundung rindu
Sampai kepada tua yang damai
14 april 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Sepanjang Pemakaman
Akupun tertunduk menyesali firasat
Yang tak serta merta ku rasakan selama ini.
Seperti halnya fajar yang memberiku permintaan pada subuh
Atau pertanyaan yang seketika menghilang ditelan senja
Semuanya menjadi bias dan hilang
Ya,
Sekarang hanya bunga kamboja di sepanjang tanah kuburan
Yang segera menjawab pertanyaan dari kekhawatiranku selama ini
14 April 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Sebuah Penebusan Dosa
Jatuh aku terjerembab kaku
Lemah terkulai dikamar peraduan
Menginjak setengah abad dibumi pekat
Kini tinggal tulang penantian
Format metafora mengeja pada dinding
Waktu berdenting mengawasi sisa bersua
Satu persatu nafas melantunkan zikir
Dua malaikat merayap dipangkuanku
Aku lupa janji sakit yang mejamah
Aku lupa janji syukur yang tersisa
Mata sayu, telinga layu, uban berguguran
Gelisah melemahkan jemariku
Oh, Tuhan Muhammad
Izinkan aku menyulam kafanku
Beri daku waktu
Melirik taman firdaus
14 April 2018
"Sesekali, pergilah kerumah sakit atau pemakaman. Kita tak tahu kemana akan berlabuh, kecuali setelah mati"
-------------------------------------------------------------------------------------------
Sajak Ibunda
Bersajak aku memuji
Karunia keesaanmu
Berpijak dibumi pertiwi
Berjelaga disepanjang danau
Butir embun berpeluh menerpa
Wajah ayu kemenakan pertiwi
Kala kelabu menyingkap senja
Hidup mati disisi tetua
Indonesia,
Tiada fatwa pun sengketa
Kita berdiri dipetuah yang sama
Lahir dari takbir semesta
17 April 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
merapi merbabu, dari kejauhan
ku sematkan asa,
rindu yang tak sampai padamu
titip semayam dalam doa
patah terlena diberai waktu, menunggu
" Tak Semestinya"
Kita paling depan menyambut fajar
Membelai mesra semesta
Mengantarkannya kepangkuan segara
Tanpa lasah berujar
Kita paling peka menyangga luka
Anak-anak lena sepanjang jalan
Budi Utomo hingga Depati Payung Negara
Menjajakan lesapan masa depan
Mengais-ngais sisa makan
Mondar-mandir minta receh
Lantas kita usir enggan
Dengan geram mengoceh
Senyum lara diretas masa
Sepantasnyakah jangat berkeringat
Pada pundak kecil mereka
Tetes peluh melawat
Kita sosial peduli sesama
Bukan, sok sial pergi menghina
18 April '18
-------------------------------------------------------------------------------------------
Akuilah Aku-Ilah
akuilah aku ilah
tertatih aku letih
menegur tegar namamu
akuilah aku ilah
tertegun aku bangun
medekap bekap cintamu
akuilah aku ilah
terlunta aku langkah
menyembah tabah semu
21 April 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Kemuning Bangkahulu''
Mercusuar dicecar rembulan
Bangkal ditepian jenggala
Aku diantara derau laut malaka
Menanti
-------------------------------------------------------------------------------------------
Pahlawan Devisaku
kita serba salah
jadi tenaga kerja Indonesia
bukannya jadi pahlawan
malah jadi kambing hitam
lama kita berinvestasi
lama juga kita dijajah
padahal, kita sendiri membangun
berdiri diatas kedaulatan
lama kita berdevisa
tersudut dimata petinggi negara
padahal, kita menebar nilai sosial
bersatu mengurangi pengangguran
bukan sebaliknya
membalikan kedaulatan
ketangan dingin yang asing
Bengkulu 26 April 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Surat Terbuka
(untuk yang taat mencintaiku)
ku sampaikan surat terbuka untukmu
wahai kekasih Allah
wahai kekasih Muhammad
wahai kekasih ku yang senantiasa bersabar
tiadapun selat selat yang kita lalui
bukit bukit gambut menghalang
serta merta hati kalut menanti
aku disini mendoakanmu tegar, sayang
usah dengar desir angin sampaikan kabar
usah kau sekap badai mendera
rasaku tetap bernafas pada cintamu
yang sedetikpun patuh mengalir pada nadiku
wahai yang terkasih
sampaikan salamku pada hatimu
cinta yang tak kau tampik jadi abu
yang selalu kau agung agungkan pada Tuhan
sekalipun aku,
doa munajat yang kau lipat dalam taklik
aku sebagai sahaya,
memintamu
menebusku jadi hamba
Bengkulu, 27 April 2018
Bahasa yang sama sekali tak ku mengerti
adalah bahasa waktu
tik tok tik tok
(itu bukan waktu)
kring kring kring
(bukan jua)
tek tek tek
(lebih mirip dengan terompah)
kutatap gugur pohon mahoni
(ya itu memang waktu)
kupandang raut keriput
(benar waktu)
kulihat uban
(waktu)
sedang bahasa
sebagai media
penggugur dosa
tepat pada beranda
yang kutulis kata-kata
kalibrasi pada lantai-lantai taman
ku temukan lesu tanpa gairah
diam seolah kalah
beradu gugur dedaunan
diam diredam
mawar kutatap mala
tandas berderu
aku menyingkir satu hasta didepannya
lantas ia bergumam kaku
"aku mawar mala,
hanya ingin kau guyur"
Lelaki berkuda
Membawa teras bendera
Tepat berdiri ditengah simentri
Teguh tegak menanti pagi
Ratu Samban,
Pantas kau tak pernah kusam
Sedang pangeranmu tiada takut usang
Tegap menghadap timur
Menanti terbit mentari fajar
-------------------------------------------------------------------------------------------
Kekasihku Yang Lain
sesekali aku mengunjungi kediamanmu
rona jingga ditepian berkas-jenggalu
ada ombak bergulung riak
memecah penat kerinduan
rimbun awan kelam menyeruak
mengusap manja kenangan
cukup dua diantara kita
berangkat lebih cepat pada sepi
lusa, kita bersua diwaktu yang sama
jangan lupa kembali..
30 April 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Malabero
langit disebrang terlihat bagai tembikar
ombak bersahabat nyiur melambai
sapa seolah mengajakku kencan
pusaran semesta mendurmakan elegi
berbisik pada biduk pembaringan
nun jauh dimata
engkau dekat dihati
senja kelana
engkau dikenang mati
30 April 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Terus Terang
Kala malam menghantar muhabbah
Lakar yang kurangkai
Seketika lebur...
Ibtidah...
Tersemat dayung asaku
Jadi sampan padamu berlayar...
Selepas badai sampai
Kau tiba menjelma
Jadi muhibku sepanjang pesisir...
Terberai sedu
Lantas terang
Bengkulu, 03 Mei 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Pasca-Sarjana
Bawa aku
Hanyut kelautan sepi
Pada hening
Ku lihat fiksi
Tatap terjal liku jalan
Sama sebelumnya
Berbaur di persimpangan
Berkhayal, lena rengkuh diwala
Kota ramah menderu
Enyah mesra menampikku
Aku, terkulai jadi sahaya
Budak saudagar kaya
Seuntai fatah
Merebah kuasa pongah
Bodoh tak terarah
Tiadalah daya ku strata satu
Ilmu tak bias berdusta
Walau parokial
Kita tetap hamba
Bengkulu, 07 mei 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------
Pada Suatu Waktu
Tatap langit
Laut lepuh
Di terpa ombak
Mendekap rengkuh asa
Kaku raga
Nafas tak sampai
Ikat berkelakar
Ku lempar pada badai
Lusa aku kemari
Patri gelombang
Satu jadi abu
Ablasi
Hanyut dan kalut....
Bengkulu, 05 mei 2018