Solo Safari Lestarikan Budaya & Tradisi Syawalan

Minggu, 14/04/2024 - 15:35
Bakda Kupat Tradisi Syawalan Karaton Surakarta Hadiningrat, Minggu (14/4)
Bakda Kupat Tradisi Syawalan Karaton Surakarta Hadiningrat, Minggu (14/4)

Klikwarta.com, Surakarta - Solo Safari yang berada di Ir. Sutami No. 109, Kota Surakarta, Jawa Tengah menggelar kegiatan Syawalan atau dikenal dengan istilah “Bakda Kupat” yang juga memiliki makna Halal Bi Halal merupakan tradisi masyarakat Indonesia yang dilakukan seminggu setelah perayaan Idul Fitri pada hari Minggu 14 April 2024, merupakan sebuah ungkapan rasa syukur, ajang silaturahmi saling bermaafan. Dalam sejarahnya, Bakda Kupat adalah hasil dari pemikiran para Walisongo dalam menyebarkan dakwah Islam melalui budaya. 

Bagi masyarakat Jawa, khususnya di wilayah Karaton Surakarta Hadiningrat, tradisi Upacara Syawalan ini terus dihidupkan untuk selalu mengingatkan kita kepada Sang Maha Pencipta dan membangun hubungan yang baik antar sesama. 

.

Dalam sejarahnya, Solo Safari yang dahulu bernama Taman Satwa Taru Jurug selalu mengadakan kegiatan Syawalan Jurug sebagai bentuk nguri-uri tradisi leluhur dan bentuk penghormatan kepada Raja Paku Buwono X sebagai sosok Raja yang pada eranya menginisiasi adanya Kebun binatang.

Di mana, kebun binatang ini bisa dinikmati masyarakat umum dengan memindahkan satwa peliharaan Karaton ke Taman Sriwedari (Kebon Raja) yang pada akhirnya dipindahkan ke Taman Satwa Taru Jurug dan dalam perkembangannya saat ini menjadi Solo Safari. 

Tradisi estafet kepemimpinan dan regenerasi/ pembaharuan ini yang diharapkan terus berkelanjutan diwujudkan dengan menampilkan sosok simbolis Jaka Tingkir yang merupakan figur generasi muda penerus dinasti Majapahit yang berhasil memadukan nilai tradisi budaya dengan keagamaan. 

.

Gunungan Kupat yang dihadirkan dalam Upacara Syawalan merupakan wujud ungkapan rasa syukur dan jiwa berbagi kepada masyarakat yang diyakini sebagai bagian ngalap berkah dan sikap kerendahan hati karena meyakini semboyan Jawa Kupat bumbunipun santen yang artinya Ngaku lepat nyuwun gunging pangapunten. 

Keindahan makna filosofis dalam tradisi Syawalan ini merupakan bagian dari pelestarian budaya yang tetap menyambungkan benang merah sejarah Kota Solo yang tidak bisa lepas dari cikal bakalnya yang bersumber di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Maka Solo Safari menjadi sebuah wahana Satwa yang hadir dengan konsep yang baru tetapi tidak meninggalkan akar budaya dan tradisi yang melekat di dalamnya. 

Pada kesempatan kali ini, kegiatan Syawalan ing Solo Safari yang berperan sebagai Jaka Tingkir adalah KRA. Rizki Baruna Ajidiningrat yang merupakan mantu dalem Paku Buwono XIII. Sebelumnya, tim penyelenggara juga melaksanakan ziarah ke Makam Sultan Hadiwijaya dan ketiga sahabatnya yaitu Mas Monco Negoro, Mas Wilomarto, dan Mas Wuragil sebagai bentuk permohonan izin mengadakan acara Syawalan ini. 

.

Rangkaian acara Syawalan ing Solo Safari akan ditandai dengan kirab dimana Jaka Tingkir akan mengendarai kuda menuju open stage Solo Safari diiringi dengan korps musik dari Karaton Kasunanan Surakarta. Selain itu, kirab Jaka Tingkir juga akan dimeriahkan oleh iring-iringan Pasukan, Abdi dalem dan Ulomo dari Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. 

Setelah melaksanakan kirab, Jaka Tingkir juga akan menyeberangi danau menggunakan Gethek yang didampingi oleh 3 sahabatnya menuju Open Stage. Selanjutnya, setelah didoakan sepasang Gunungan Ketupat akan dibagikan ke masyarakat umum di Halaman Solo Safari. 

Dengan adanya kegiatan ini, Solo Safari berharap dapat mewujudkan bentuk syukurnya dengan berbagi dengan masyarakat umum dan dapat menjaga, melestarikan budaya yang adiluhung.

(Kontributor : Widyo)

Related News