Anggota Komisi VI DPR RI, Amin Ak
Klikwarta.com, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI, Amin Ak mempertanyakan langkah PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang mengurangi jadwal kereta api Argo Parahyangan secara drastis. Sebagaimana diakui pihak PT KAI, jumlah perjalanan KA Argo Parahyangan mencapai 14 perjalanan dalam sehari. Namun per 2024 berkurang menjadi 6 perjalanan sehari untuk rute Stasiun Gambir-Bandung dan sebaliknya.
“Kebijakan ini janggal. PT KAI berdalih pengurangan jadwal demi strategi bisnis. Namun mengapa jadwal yang dihilangkan adalah jadwal-jadwal pada peak hours yang semestinya dipertahankan,” kata Amin dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu (4/2/24).
Ia juga menyoroti kebijakan sepihak tersebut yang terkesan mendadak dan tanpa perencanaan matang. Buktinya banyak penumpang yang sudah memesan tiket jauh-jauh hari harus gigit jari karena perjalanannya dibatalkan. Kebijakan tersebut juga membuat terjadi penumpukan penumpang pada jam-jam padat penumpang.
“Sulit untuk tidak mengatakan bahwa Argo Parahyangan dikorbankan untuk menyelamatkan kereta cepat Whoosh yang sepi penumpang,” tegas Politisi PKS itu.
Di sisi lain, Whoosh sendiri menurunkan harga tiket secara drastis dari Rp250 ribu menjadi Rp150 ribu. Padahal dengan harga tiket Rp250 ribu dan asumsi jumlah maksimal penumpang 30 ribu per hari, secara hitungan bisnis membutuhkan waktu lebih dari satu abad untuk balik modal (break event point).
"Secara hitung-hitungan bisnis, dengan biaya dari APBN, utang ke China Development Bank (CBD) dan beban bunganya sebesar 3,4% per tahun ditambah beban operasional yang cukup tinggi, biaya investasi KCJB sulit untuk balik modal," bebernya
Amin pun mengingatkan, wajah transportasi publik selain mengedepankan kenyamanan, dan keamanan, seharusnya juga memberikan keterjangkauan dan menghindari biaya sosial dan ekonomi tinggi. Jangan sampai kebijakan yang diambil berakibat pada peminggiran masyarakat secara tidak langsung untuk melakukan mobilitasnya.
“Rakyat seharusnya diberikan banyak pilihan transportasi publik yang aman, nyaman dan terjangkau. Dan dalam rapat-rapat PT KAI dengan DPR, manajemen KAI tidak pernah sekalipun menyebut operasional Argo Parahyangan merugi. Sekali lagi ini aneh,” ujarnya.
Menurut Amin, transportasi merupakan komponen utama dalam sistem hidup dan kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Sistem transportasi merupakan elemen dasar infrastruktur yang berpengaruh pada pola pengembangan perkotaan.
Jika dibandingkan, dengan kondisi saat ini, aksesibilitas Argo Parahyangan jauh lebih tinggi dibandingkan Whoosh.
Sehingga wajar jika masyarakat lebih memilih Argo Parahyangan.
Amin menuturkan, seharusnya manajemen Whoosh segera berbenah agar menarik minat masyarakat luas. Termasuk dengan meningkatkan aksesibilitas dari dan menuju stasiun kereta cepat.
“Bukan dengan 'mematikan' transportasi publik lainnya, yang secara bisnis relatif tidak ada masalah,” tegas Amin.
Ia pun menyebut, biaya tinggi ini akibat rendahnya aksesibilitas dan kurang baiknya jaringan pelayanan angkutan umum. Sehingga mengakibatkan masyarakat harus melakukan beberapa kali pindah angkutan dari titik asal sampai tujuan. Ditambah belum adanya keterpaduan sistem tiket, dan kurangnya keterpautan moda transportasi. (*)