Klikwarta.com, MALANG - Bangunan yang terletak di RT 05 RW 02 Desa Waturejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, menjadi tempat seniman menyalurkan pikirannya.
Dinamakan "Pondok Seni Punakawan", berbagai karya seni dari seniman yang mayoritas berdomisili di Ngantang, dipajang memenuhi ruangan. Dari lukisan, patung kayu, hingga patung berbahan dasar semen dan pasir, menunjukkan visual pikiran yang berbeda-beda.
Cak Hari, pemerhati budaya, bersama Cak Pitoyo, seniman setempat, membedah satu persatu karya seni yang terpajang dalam satu ruangan. Minggu (21/03/2021)
Patung berbentuk abstrak tetapi masih jelas gambarannya, terlihat mencolok diantara patung-patung kayu lainnya. Patung ini menggambarkan filosofi harta, tahta dan wanita, yang diurutkan dari bawah ke atas.
Menurut Cak Pitoyo, pembuatan patung tersebut tidaklah mudah, butuh sesuatu yang tidak umum, yaitu meditasi, dan meditasi ini dilakukan untuk meluaskan pikiran, sebelum proses pemahatan.
"Filosofinya harus jelas, mana yang harta, mana yang tahta, mana yang wanita, gambarannya bisa dimengerti, bisa dipahami. Kalau asal membuat, gambaran ke arah itu tidak akan bisa dimengerti, apalagi dipahami".
Di sisi lain, patung kereta kuda terlihat lebih besar ukurannya dibanding benda-benda lain. Selain ukuran yang mencolok, metode pembuatannya tidak asal-asalan, dikarenakan ada faktor non teknis ketika memahatnya.
"Gambaran kuda harus jelas, posisi lari, berdiri, atau jalan, face kuda juga harus terlihat, jarak antar kaki kuda harus diperhitungkan. Butuh 2 bulan membuat pahatan ini, tidak boleh terburu-buru, butuh kesabaran".
Umumnya, gambaran pahatan sudah ada, tinggal visualisasi yang harus dicermati, jangan sampai hasilnya justru tidak sesuai ekspetasi. Gambaran awal bisa bersumber dari pemesan maupun pemahat, kemudian disempurnakan agar wujud pahatan menjadi bagus.
"Kita sudah punya gambaran sebelum pemahatan dimulai. Biasanya, gambaran awal kurang sempurna, lalu kita sempurnakan. Nantinya, bentuk akhir pahatan hasilnya lebih bagus dari gambaran awal".
Terkait kerumitan pahatan, Cak Pitoyo menganggap hal itu relatif, tergantung fokus masing-masing pemahat. Saat proses pemahatan, tidak ada istilah rumit atau sederhana, semua tergantung pikiran si pemahat, dalam artian tidak mengenal istilah tingkat kesulitan.
Memilih bahan dasar kayu, Cak Pitoyo tidak cenderung fokus pada satu jenis kayu. Baginya, untuk membuat patung, semua jenis kayu sama saja, yang terpenting adalah kecermatan saat proses pembuatan.
Dikatakan Cak Pitoyo, seniman yang menaruh karya seninya di pondok seni tersebut, mayoritas berdomisili di Ngantang, lainnya berasal dari Kasembon, Pujon bahkan ada yang dari Blitar dan Kediri.
Kendati antar seniman berbeda karakter karya seninya, mereka memiliki visi dan misi yang sama, yaitu mengangkat budaya lokal, sekaligus menunjukkan kepada daerah lain. Selain itu, ia optimis, semua karya seni yang berdasarkan ketulusan, akan membuahkan hasil yang baik. (dodik)