EKSPEDISI HANTANG JILID 5
EKSPEDISI HANTANG JILID 5
Klikwarta.com, MALANG - Sengkalan berbentuk tugu bertuliskan aksara Jawa kuno, menunjukkan tahun 1330 Saka atau 1408 Masehi, dan di masa itu, Raja Wikramawardhana berkuasa atas Kerajaan Majapahit.
Tugu berukuran tinggi 62 cm dan lebar bagian bawah 44 cm, serta lebar bagian atas 28 cm, berada di samping tumpukan bebatuan terbuat dari bata merah. Bebatuan itu bervariasi ukuran, salah satunya berukuran panjang 31 cm, lebar 22 cm, dan tebal 11 cm.
Cak Hari, pemerhati budaya, menelusuri jejak peradaban masa lalu di tempat itu,dan areal tersebut dinamakan "Candi Saptoargo", dan nama ini merujuk jumlah patung yang ada di tempat itu, kamis (25/2/2021). Candi Saptoargo terletak di Dusun Banturejo, Desa Bayam, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.
Menurut Paryono, pemerhati budaya setempat, dulunya patung di lokasi candi ini berjumlah 7, tetapi keberadaan patung yang tersisa ada 5, sedangkan 1 patung diamankan Mapolsek Kasembon (dulunya sempat dicuri orang tidak dikenal), 1 patung dinyatakan hilang.
"Dulu jumlah patung ada 7, lalu 2 patung dicuri orang, 1 patung berhasil diamankan Polisi, tapi 1 patung lolos dicuri orang, sekarang jumlah patungnya ada 5".
Dikatakan Paryono, semua patung terbuat dari batu andesit, dan kesemuanya dalam kondisi terpenggal alias tanpa kepala. Dari kelima patung, ada 4 patung yang kondisi badannya masih terlihat jelas, sedangkan 1 patung kondisi badannya rusak berat atau hancur.
"Semua patung disini terbuat dari batu andesit, tapi tidak ada yang sempurna, semua tanpa kepala. 4 patung masih bisa kita lihat badannya, 1 patung hancur".
Menurut cerita turun temurun, dulunya di kawasan ini pernah muncul Kerajaan Pandegiling, dan hingga saat ini, kerajaan itu masih bisa dilihat oleh orang-orang tertentu, dalam artian kerajaan yang tak kasat mata.
Selain itu, dijelaskan Paryono, dari informasi yang tersebar secara oral turun temurun, candi ini erat kaitannya dengan pemerintahan Majapahit, terutama yang menguasai wilayah Malang barat.
Di areal tersebut, terlihat tumpukan bebatuan dari bata merah, dan kesemuanya berukuran besar, tidak sama dengan bata merah buatan masa sekarang, yang lebih kecil ukurannya. Sebagian terlihat utuh, dan sebagian lagi kondisinya hancur, tidak jelas apakah dulunya rusak akibat longsor, banjir, gempa atau material vulkanik.
Areal Candi Saptoargo terlihat terawat dan terpelihara, rerumputan tumbuh tidak tinggi, pepohonan maupun tanaman disekitarnya nampak asri dan nyaman. Di areal ini, ada gubuk berukuran 2,4 m x 2,2 m, terbuat dari bambu dan kayu. Bendera merah putih berkibar di depan pintu masuk areal Candi Saptoargo.
Cah Hari menyayangkan tidak utuhnya kondisi patung, semuanya dalam kondisi terpenggal dan 1 patung kondisinya rusak berat. Ia menyesalkan perbuatan orang-orang yang merusak situs purbakala di masa lalu, lantaran dianggapnya tidak paham akan budaya.
"Semua patung kondisinya tanpa kepala, sangat disayangkan ini, orang yang merusaknya itu tidak tahu akan budaya, padahal ini salah satu bukti peradaban masa lalu".
Candi Saptoargo bisa dikatakan strategis, lantaran tidak jauh dari tempat ini, ada bukit Selokurung, lokasi terakhir Trunojoyo, dan ada akses jalan tembus dari Kasembon menuju Ngantang.
Pemandangan areal pertanian disekitar Candi Saptoargo, menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang berkunjung ke lokasi situs purbakala ini. Tak cuma itu, ada 2 aliran sungai yang nampak bersih dan bening, menambah suasana tentram bagi siapa saja yang melewatinya. (dodik)